Subhanallah. Ternyata tanggapan dan sambutan mereka luar biasa. Dari yang semula sekadar coba-coba, lalu menjadi pelanggan.
Beberapa dari mereka kemudian melakukan pemesanan pada hari-hari tertentu. Awalnya hanya untuk kebutuhan keluarga sendiri. Tetapi kemudian pesanan untuk kebutuhan hajatan.
Warung kecil itu pun menjadi perbincangan. Dari mulut ke mulut, orang mengenal "Warung Makan Kaloeng."
Hari demi hari pesanan untuk hajatan makin besar. Ibu Rini yang semula hanya menjalani hobi dan usaha sambilan ini dibantu sang suami, Bapak Samdari Dono Prasetyo, kemudian memutuskan untuk mempekerjakan para juru masak yang mereka pilih.
"Kami menerapkan syarat-syarat khusus untuk merekrut mereka," tutur Ibu Rini.
Syarat itu antara lain, mereka haruslah seorang yang menguasai cara memasak menu Jawa tradisional. Meski demikian, seluruh resep masakan ditangani langsung oleh Ibu Rini. "Ini untuk menjaga kualitas cita rasa masakan. Harus dari satu tangan. Dan itu harus dari tangan saya sendiri," katanya.
Kenapa namanya Kaloeng?
Nama itu merupakan akronim dari Ika dan Poeloeng (Pulung), yakni putri dan putra pasangan Samdari/Rini.
"Tadinya memang tidak kepikiran memberi nama yang keren-keren. Pokoknya asal ada namanya saja. Lalu kami memberi nama Kaloeng," tambah Bp Samdari.
0 komentar:
Posting Komentar